
Kunci sukses mengantarkan anak menuju perkembangan optimal adalah pola pengasuhan. Seperti apa kita menerapkan pola pengasuhan, itulah karakter perkembangan anak yang akan terbentuk. Jangan sampai banyaknya pola pengasuhan (parenting style) menyebabkan anak mengalami kesalahan pengasuhan (miseducation).
Kondisi masa sekarang dengan berbagai macam tuntutan yang memborbardir orang tua telah melahirkan berbagai pola pengasuhan (parenting style) yang bisa menimbulkan kesalahan pengasuhan atau miseducation terhadap pola pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya.
Elkind (1989) mengelompokkan berbagai pola orang tua dalam pengasuhan, sebagai berikut.
- Gourmet Parents (Orang Tua Borju)
Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses. Mereka memiliki rumah bagus, mobil mewah, liburan ke tempat-tempat eksotis di dunia, dan bergaya hidup kebarat-baratan. Apabila menjadi orang tua, mereka akan cenderung merawat anak-anaknya seperti halnya merawat karier dan harta mereka. Penuh dengan ambisi! Berbagai macam buku akan dibaca karena ingin tahu isu-isu mutakhir tentang cara mengasuh anak. Mereka sangat percaya bahwa tugas pengasuhan yang baik seperti membangun karier maka “Superkids” merupakan bukti dari kehebatan mereka sebagai orang tua. Orang tua kelompok ini memakaikan anak-anaknya baju-baju mahal bermerek terkenal, bahkan memasukkannya ke dalam program-program ekslusif yang prestesius. Keluar masuk restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka sudah diajak tamasya keliling dunia mendampingi orang tuanya. Jika suatu saat kita melihat sebuah sekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagai merek mobil terkenal, itulah sekolah tempat kelompok orang tua “gourmet” atau kelompok borju menyekolahkan anak-anaknya.
- College Degree Parents (Orang Tua Intelek)
Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang menengah ke atas. Mereka sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sering melibatkan diri dalam berbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya, membantu membuat majalah dinding dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mereka percaya pendidikan yang baik merupakan pondasi dari kesuksesan hidup. Terkadang, mereka juga tergiur menjadikan anak-anak mereka “Superkids”, apabila si anak memperlihatkan kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang, mereka juga memasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal yang prestisius sebagai bukti bahwa mereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik tentu juga harus dibayar dengan pantas. Kelebihan kelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum yang dilaksanakan di sekolah anak-anaknya. Dalam banyak hal, mereka banyak membantu dan peduli dengan kondisi sekolah.
- Gold Medal Parents (Orang Tua Selebriti)
Kelompok ini adalah kelompok orang tua yang menginginkan anak-anaknya menjadi kompetitor dalam berbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan anaknya ke berbagai kompetisi dan gelanggang. Ada gelanggang ilmu pengetahuan seperti Olimpiade Matematika dan Sains yang akhir-akhir ini sedang marak di Indonesia. Ada juga gelanggang seni, seperti ikut menyanyi, kontes menari, bahkan terkadang kontes kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya dapat meraih kemenangan dan menjadi “Seorang Bintang Sejati”. Sejak dini mereka persiapkan anak-anak mereka menjadi “Sang Juara”, mulai dari juara renang, menyanyi, dan melukis, hingga abang none cilik ketika anak-anak mereka masih berusia TK.
Sebagai ilustrasi dalam sebuah arena lomba ratu cilik di Padang, puluhan anak TK, baik laki-laki maupun perempuan tengah menunggu dimulainya lomba pakaian adat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok, dan acara yang molor menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta. Anak-anak mulai resah, berkeringat, mata memerah karena keringat melelehi maskara mata kecil mereka. Para orang tua masih bersemangat, membujuk anak-anaknya bersabar. Mengharapkan acara segera dimulai dan anaknya akan keluar sebagai pemenang. Sementara itu pihak penyelenggara mengusir panas dengan berkipas kertas. Banyak kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilaku ambisi kelompok gold medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-an seorang gadis kecil pesenam usia TK mengalami kelainan tulang akibat ambisi ayahnya yang guru olah raga. Atau, kasus “Bintang Cilik” Yoan Tanamal yang mengalami tekanan hidup dari dunia glamour masa kanak-kanaknya. Kemudian menjadikannya pengguna dan pengedar narkoba hingga menjadi penghuni penjara. Atau, bintang cilik dunia Heintje yang setelah dewasa hanya menjadi pasien dokter jiwa. Gold medal parents menimbulkan banyak bencana pada anak-anak mereka!
- Do-it Yourself Parents
Kelompok keempat merupakan kelompok orang tua yang mengasuh anak-anaknya secara alami dan menyatu dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayanan professional di bidang sosial dan kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, tempat ibadah, posyandu, dan perpustakaan. Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri yang tidak begitu mahal dan sesuai dengan keuangan mereka. Walaupun begitu kelompok ini juga bermimpi untuk menjadikan anak-anaknya “Superkids… earlier is better”.
Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak mereka diajak mencintai lingkungannya. Mereka juga mengajarkan merawat dan memelihara hewan dan tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini merupakan kelompok penyayang binatang dan mencintai lingkungan hidup yang bersih.
- Outward Bound Parents (Orang Tua Paranoid)
Untuk orang tua kelompok ini, mereka memprioritaskan pendidikan yang dapat memberi kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan mereka sederhana, anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh dengan permusuhan. Dunia di luar keluarga mereka dianggap penuh dengan marabahaya. Jika menyekolahkan anak-anaknya, mereka lebih memilih sekolah yang nyaman dan tidak melewati tempat-tempat tawuran yang berbahaya. Seperti halnya Do-it Yourself Parents, kelompok ini secara tak disengaja juga terkadang terpengaruh dan menerima konsep “Superkids”. Mereka mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang hebat agar dapat melindungi diri mereka dari berbagai macam marabahaya. Terkadang, mereka melatih kecakapan melindungi diri dari bahaya, seperti memasukkan anak-anaknya ke kursus karate, judo, atau pencak silat sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran kelompok ini dalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa mereka terlalu berlebihan melihat marabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah panik, dan ketakutan melihat situasi yang selalu mereka pikir akan membawa dampak buruk kepada anak. Akibatnya anak-anak mereka menjadi “steril” dengan lingkungannya.
- Prodigy Parents (Orang Tua Instant)
Prodigy parents merupakan kelompok orang tua yang sukses dalam karier, tetapi tidak memiliki pendidikan yang cukup. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan bakat semata. Oleh karena itu, mereka juga memandang sekolah dengan sebelah mata, hanya sebagai kekuatan yang akan menumpulkan kemampuan anak-anaknya. Tidak kalah mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan hebat dan sukses seperti mereka tanpa memikirkan pendidikan seperti apa yang cocok diberikan kepada anaknya. Oleh karena itu, mereka sangat mudah terpengaruh kiat-kiat atau cara unik dalam mendidik anak tanpa bersekolah. Buku-buku instan dalam mendidik anak sangat mereka sukai.
- Encounter Group Parents (Orang Tua Ngerumpi)
Encounter group parents merupakan kelompok orang tua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Mereka terkadang cukup berpendidikan, tetapi tidak cukup berada atau terkadang tidak memiliki pekerjaan tetap (luntang-lantung). Terkadang, mereka juga merupakan kelompok orang tua yang kurang bahagia dalam perkawinannya. Mereka menyukai dan sangat mementingkan nilai-nilai relationship dan membina hubungan dengan orang lain. Sebagai akibatnya, kelompok ini sering melakukan ketidakpatutan dalam mendidik anak-anak dengan berbagai perilaku “gang ngerumpi” yang terkadang mengabaikan anak. Kelompok ini banyak membuang-buang waktu dalam kelompoknya sehingga mengabaikan fungsi mereka sebagai orang tua. Apabila mereka memiliki aktivitas di kelompoknya, mereka lebih berorientasi pada kepentingan kelompok. Kelompok ini sangat mudah terpengaruh dan latah untuk memilihkan pendidikan bagi anak-anaknya. Menjadikan anak-anak mereka sebagai “superkids” juga sangat diharapkan. Namun, banyak dari anak-anak mereka biasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan.
- Milk and Cookies Parents (Orang Tua Ideal)
Kelompok ini merupakan kelompok orang tua yang memiliki masa kecil yang bahagia, yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan manis. Mereka cenderung menjadi orang tua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya dengan tulus. Mereka juga sangat peduli dan mengiringi tumbuh kembang anak mereka dengan penuh dukungan. Kelompok ini tidak berpeluang menjadi orang tua yang melakukan “miseducation” dalam merawat dan mengasuh anak-anaknya. Mereka memberikan lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya dengan penuh perhatian dan tumpahan cinta kasih yang tulus sebagai orang tua.
Mereka memenuhi rumah tangga mereka dengan buku-buku, lukisan, dan musik yang disukai oleh anak-anaknya. Mereka berdiskusi di ruang makan, bersahabat, dan menciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-anak mereka untuk tumbuh dan berkembang dengan segala potensi dirinya. Anak-anak mereka pun meninggalkan masa kanak-kanak dengan penuh kenangan indah yang menyenangkan. Kehangatan hidup berkeluarga menumbuhkan kekuatan rasa yang sehat pada anak untuk percaya diri dan antusias dalam kehidupan belajar. Kelompok ini merupakan kelompok orang tua yang menjalankan tugasnya dengan patut kepada anak-anak mereka. Mereka begitu yakin bahwa anak membutuhkan suatu proses dan waktu untuk dapat menemukan sendiri keistimewaan yang dimilikinya. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa anak sendirilah yang akan menemukan sendiri kekuatan di dirinya. Bagi mereka, setiap anak adalah benar-benar seorang anak yang hebat dengan kekuatan potensi yang juga berbeda dan unik!
>> Sekarang coba cek diri kamu ya… orang tua kamu termasuk tipe yang mana?
(Dinukil dari buku Panduan Praktis Tes Minat & Bakat Anak, Bunda Lucy, penerbit Penebar Plus+, Cetakan I Tahun 2016)
Terima kasih Artikelnya sangat bermanfaat dan sangat menginspirasi saya sebagai orang tua dalam mendidik anak.
Pola pengasuhan anak yang tepat akan berdampak positif dan menghasilkan masa depan anak yg gemilang. Semoga kita semua sebagai orang tua dapat menerapkan pola asuh yang benar.